Pengertian Model Pembelajaran Bermakna (Meaningfull Learning) Menurut Para Ahli
Pengertian Model Pembelajaran Bermakna (Meaningfull Learning) Menurut Para Ahli. Model pembelajaran adalah sebuah metodologi atau sarana atau
alat yang digunakan oleh guru secara profesional dengan menjalankan
fungsi-fungsinya sesuai dengan metodologi tersebut.
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan
dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik (dalam
hal menentukan metode mengajar) untuk membantu peserta didik dalam melaksanakan
kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajar yang memuaskan (Isjoni 2009, 11).
Baca juga: Kumpulan Teori dan Artikel Model Pembelajaran
Model pembelajaran bermakna (Meaningfull learning) merupakan
suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dlam struktur kognitif seseorang (Anonim, 2008).
Belajar bermakna merujuk pada konsep bahwa belajar
pengetahuan (sebuah fakta) sepenuhnya dipahami oleh individu dan bahwa individu
mengetahui bagaimana fakta yang spesifik berkaitan dengan fakta-fakta yang
tersimpan lain atau tersimpan dalam otak (Anonim, 2007).
Pembelajaran bermakna sebagai hasil dari peristiwa mengajar
yang ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep,
informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam
struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep
atau fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk
mendapatkan atau menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang
dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian,
agar terjadi pembelajaran bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui
dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki oleh peserta didik dan membantu
memadukannya secara harmonis dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan
(Anonim, 2008).
Suparno (1997) mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu
proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran.
Prof. Muchlas Samani (2007) mengemukakan bahwa apapun
metode pembelajarannya, maka harus bermakna (meaningfull learning).
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dangeneralisasi-generalisasi
yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang menyenangkan,
yang memiliki keunggulan dan meraup segenap informasi secara utuh sehingga
konsekuensi akhirnya adalah meningkatkan kemampuan siswa yang akan berdampak
pada pencapaian hasil belajar yang maksimal.
Pembelajaran dapat menjadi bermakna jika guru sebagai
profesional dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi, artinya dapat
mengadaptasikan pembelajaran dengan kemajuan zaman. Untuk beradapatsi tersebut
perlu dilakukan sebuah perubahan yang bertahap. Tahapan itu adalah: know,
believe, attitude, behavior, habit, dan culture.
1. Know (Tahu)
Semua stimulus dari akibat interaksi siswa dengan lingkungan
akan menjadi bahan dasar untuk mengetahui sesuatu, dan selanjutnya akan
berfungsi untuk memicu munculnya perilaku.
2. Believe (keyakinan)
Setelah siswa mengetahui sesuatu yang baru, yang sudah
disaring oleh keyakinannya. Keyakinan yang bersumber dari nilai-nilai yang
terbentuk di lingkungan. Jika hal itu bermakna, maka siswa pasti menerimanya.
3. Attitude (Perilaku)
Setelah siswa mengetahui dan meyakini sesuatu maka sinergi
antara apa yang mereka ketahui dan apa yang diyakini pada akhirnya akan
membuahkan perilaku.
4. Behavior (kepribadian)
Perilaku yang ditampilkan adalah akumulasi dati tahu (know),
keyakinan (believe) dan perilaku (attitude). Ketiga perpaduan tersebut
seringkali disebut sebagai sebuah “software” sedangkan kepribadian (behavior)
adalah “hardware-nya”. Jika seorang guru dalam memahami pembelajaran bermakna
tidak melalui proses know, believe, hingga attitude, maka
bekerjanya akan setangah hati. Sehingga siswa tidak dapat menerima pelajaran
dengan baik yang juga akan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang
maksimal.
5. Habit (kebiasaan)
Perilaku yang didemostrasikan secara konsisten adalah
kebiasaan (habit) merupakan bentuk kristalisasi perilaku. Jika hal ini
terbentuk, maka pembelajaran bermakna akan menjadi menu utama guru dalam hal
pembelajaran. Pembelajaran bermakna merupakan proses belajar yang tidak sekadar
menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga
konsep yang telah dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah
dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi kegiatan belajar bermakna maka guru
harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki
peserta didik dan membantu memadukannnya secara harmonis konsep-konsep tersebut
dengan pengetahuan baru yang akan diajarkannya.
6. Culture (budaya)
Budaya adalah cerminan dari nilai-nilai yang diketahui dan
diyakini. Budaya merupakan pemantapan dari kebiasaan (habit). Pada tahapan
inilah perilaku seseorang sudah melekat dan sulit untuk diubah kembali,
meskipun dengan nilai-nilai yang baru.
Belajar bermakna terjadi jika siswa mengaitkan atau
menghubungkan informasi baru dengan struktur kognitifnya. Nasution (1982, 158)
Belajar bermakna memiliki kondisi-kondisi yaitu sebagai berikut:
- Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama.
- Lebih dahulu memberikan ide yang paling umum kemudian hal-hal yang lebih terperinci
- Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama
- Mengusahan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnyasebelum ide yang baru disajikan.
Menurut Nana (2005, 189) dalam pembelajaran
bermakna terdapat syarat-syarat yang dapat menunjang terciptanya pembelajaran
bermakna yaitu:
- Bahan yang dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif secara substansial dan dengan beraturan.
- Siswa memiliki konsep yang sesuai dengan bahan yang akan dihubungkan.
- Siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep tersebut dengan struktur kognitifnya secara substansial dan beraturan pula.
Ausubel (Dahar 1989, 141) menggemukakan tiga kebaikan dari
belajar bermakna yaitu:
- Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
- Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
- Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
Comments
Post a Comment
Dengan hormat,
Mohon berkomentar sesuai dengan topik artikel
Komentar berbau iseng semata tidak akan di publikasikan
Terima kasih