Faktor-Faktor Interaksi Teman Sebaya (Peer Group) Menurut Para Ahli

Faktor-Faktor Interaksi Teman Sebaya (Peer Group) Menurut Para Ahli. Teman sebaya merupakan bagian dari sebuah kelompok sosial dalam masyarakat. Menurut Walgito (2010: 12) sebuah kelompok sosial terbentuk karena adanya kesamaan dalam setiap anggota. Kesamaan sebagai landasan terbentuknya suatu kelompok sangat beragam dan bervariatif. Kesamaan tersebut seperti agama, ras, suku, kebudayaan, profesi, kepentingan, tujuan, sampai ke hal yang sederhana seperti hobi dan minat. Kesamaan yang dimiliki akan membawa manusia dalam sebuah kegiatan bersama. Sebagai contoh mahasiswa dengan hobi sepak bola akan sering mengadakan pertandingan sepak bola. Melalui pertandingan sepak bola masing-masing mahasiswa akan sering berinteraksi. Interaksi yang terjadi dapat secara rutin dengan jadwal yang teratur atau secara spontan.

Sebagai bagian dari sebuah kelompok dalam masyarakat, teman sebaya mempunyai perbedaan yang dibatasi oleh berbagai hal. Batasan-batasan tersebut akan menjelaskan posisi seseorang apakah termasuk ke dalam kelompok atau tidak. Batasan dalam sebuah kelompok dapat berupa batasan fisik, psikologi, dan sosial. Menurut Hanurawan (2010: 90) corak batasan dalam sebuah kelompok dapat diklasifikasikan berdasarkan batas lokasi geografis, pandangan politik, profesi, kebudayaan, dan sosial ekonomi.
Faktor-Faktor Interaksi Teman Sebaya (Peer Group) Menurut Para Ahli
Faktor-Faktor Interaksi Teman Sebaya (Peer Group)
Batas geografis adalah pengelompokan seseorang karena faktor wilayah tempat tinggal. Seseorang diklasifikasikan menjadi sebuah kelompok berdasarkan tempat di mana orang tersebut hidup. Pengelompokan berdasarkan letak geografis dapat berupa negara, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, kelurahan, sampai ke Rukun Tetangga. Batas geografi dalam suatu kelompok merupakan hal yang paling sering terbentuk. Seseorang secara otomatis akan menjadi bagian dari sebuah kelompok melalui batas tempat tinggal. Perasaan menjadi suatu bagian kelompok muncul secara alami dari dalam diri sendiri dan anggota kelompok yang lain. Perasaan tersebut mencul melalui aktivitas bersama atau rutinitas sebagai landasan pembentuk suatu kelompok sosial.

Pengelompokan berdasarkan pandangan politik misalnya pengelompokan masyarakat yang pro dan kontra pemerintahan, idelogi pancasila atau komunis dan lainnya. Pengelompokan berdasarkan pandangan politik didasari atas kepentingan pribadi yang tertuang dalam sebuah kelompok. Melalui kelompok masing-masing anggota menjadi sebuah kesatuan dengan tujuan yang sama. tujuan yang sama antaranggota menjadi landasan utama dalam pembentukan kelompok politik.

Batas profesi berorientasi pada kepentingan pekerjaan yang sama. Pengelompokan berdasarkan profesi misalnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang terdiri dari para anggota guru yang memperjuangkan nasib guru, atau persatuan buruh yang memperjuangkan nasib para buruh. Kesamaan profesi dan nasib menjadi landasan utama pembentukan kelompok dengan batas profesi.

Batas kebudayaan berorientasi pada kebiasaan yang berasal dari daerah asal. Setiap orang akan membawa kebudayaan yang dimiliki ke tempat dimana seseorang tersebut hidup. Pengelompokan berdasarkan kebudayaan misalnya komunitas etnis Jawa yang tinggal di Jakarta, etnis Batak yang tinggal di Jogjakarta dan lainnya. Batas pengelompokan berdasarkan batas budaya tidak selalu berorientasi pada daerah asal. Terdapat beberapa kelompok dengan kesamaan budaya tetapi berasal dari berbagai daerah. Salah satu bentuk kesamaan budaya dengan perbedaan daerah asal yaitu kelompok agama. Kelompok agama terdiri dari beberapa etnis seperti jawa, batak, dan china.

Batas status ekonomi sosial misalnya kelompok orang kaya, sedang, dan miskin atau kelompok masyarakat biasa dan para pejabat pemerintahan. Pengelompokan tersebut berdasarkan status, peran, dan kedudukan seseorang dalam masyarakat. Pembatasan status sosial terlihat secara nyata tetapi tidak terdapat batasan yang jelas atau kongkret.

Teman sebaya adalah sebuah kelompok yang terbentuk secara alami. Pembentukan teman sebaya yang alami muncul dari naluri setiap anggota kelompok karena kebutuhan akan rasa nyaman. Menurut Desmita (2009: 224) aktivitas bersama seperti tinggal di lingkungan yang sama, kesamaan bersekolah, organisasi menjadi dasar terbentuknya kelompok teman sebaya. Kesamaan-kesamaan tersebut secara alami akan menciptakan sebuah interaksi dan komunikasi. Interaksi dan komunikasi yang terjalin secara terus-menerus akan menciptakan sebuah hubungan timbal balik dan rasa nyaman. Dari hubungan timbal balik dan rasa nyaman akan terbentuk hubungan teman sebaya.

Interaksi kelompok teman sebaya cenderung hidup dalam suatu lingkungan yang sama. Kesamaan dalam suatu lingkungan akan memberikan rasa identifikasi diri terhadap lingkungan tersebut. Menurut Soekanto (2007: 134) Perasaan identifikasi diri terhadap tempat tinggal atau lingkungan yang sama dinamakan perasaan komuniti (community sentiment). Perasaan tersebut timbul karena adanya faktor perasaan yang sama, sepenanggungan, dan saling memerlukan. Faktor-faktor tersebut akan menjadi sebab munculnya sebuah kesatuan dalam kelompok. Dalam kehidupan remaja faktor-faktor tersebut akan menjadi sebab interaksi teman sebaya.

Interaksi antarteman sebaya menjadi tempat saling bertukar pikiran. Kesamaan nasib dapat menjadi salah satu faktor pembentuk interaksi yang kuat dalam hubungan teman sebaya. Menurut Santoso (2004: 78) latar belakang terbentuknya teman sebaya karena adanya perkembangan proses sosialisasi, kebutuhan untuk menerima penghargaan, perlu perhatian dari orangtua, dan keinginan menemukan dunianya.

Setiap orang akan mengalami perkembangan dalam proses sosialisasi. Pola pikir dan kebutuhan akan sangat mempengaruhi proses sosialisasi. Seperti anak SMA akan cenderung memikirkan karier dan cita-cita yang lebih nyata dibandingakan anak SMP. Berbeda lagi dengan mahasiswa yang mempunyai pola pikir yang lebih dewasa. Mahasiswa sudah memulai berpikir tentang tanggung jawab akan masa depan secara lebih nyata seperti pekerjaan, karier, pernikahan, tempat hidup, dan lain-lain. Mahasiswa akan cenderung mencari teman dan lingkungan dengan kesamaan pandangan dan cita-cita.

Pengakuan dari orang-orang di lingkunagan sekitar akan sangat mempengaruhi rasa nyaman dalam hidup. Manusia akan berpindah lingkungan atau tempat bergaul demi mendapatkan pengakuan dan penghargaan. Manusia secara psikologi akan mencari teman dan lingkungan yang lebih menghargai setiap ide atau gagasan yang dimiliki.

Perhatian dari orangtua akan melatarbelakangi pola pergaulan anak. Anak akan lebih merasa nyaman ketika sama-sama bergaul dengan teman-teman yang merasa senasib. Misalnnya anak akan cenderung bergaul dengan teman yang sama-sama kurang mendapatkan perhatian dari orangtua. Kesamaan perhatian dari orangtua yang kurang akan memberikan kebebasan lebih kepada anak. Kebebasan yang lebih seperti kebebasan bergaul sampai larut malam atau begadang. Contoh lainnya peraturan yang ketat dan target nilai sekolah yang tinggi dari orangtua akan menuntut anak untuk patuh dan rajin. Anak-anak rajin cenderung akan bergaul dengan anak-anak yang rajin juga.

Dalam pertemanan sebaya individu dapat menemukan dunia dan rasa nyaman yang diinginkan. Kesamaan kegiatan sehari-hari, hobi, tema pembicaraan akan memberikan rasa nyaman. Rasa nyaman yang didapatkan akan terus dicari dan dipertahankan secara berlanjut dan berkelanjutan.

Berdasarkan faktor-faktor pembentuk tersebut, hubungan teman sebaya dapat diidentifikasi mempunyai beberapa sifat. Sifat hubungan antarteman sebaya terbentuk karena proses interaksi yang terjalin antara teman sebaya. Menurut Haditono (2002: 187) hubungan persahabatan dan peer bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat yaitu: a). Adanya rasa saling pengertian antaranggota kelompok; b). Adanya hubungan saling membantu ketika ada salah satu anggota sedang dalam masalah; c). Adanya rasa saling percaya antaranggota kelompok; dan d). Adanya rasa saling menghargai dan menerima setiap kekurangan dari masing-masing anggota kelompok.


Keanggotaan dalam teman sebaya tidak memiliki sebuah ketetapan (Danin, 2010: 140). Anggota teman sebaya sering berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Perpindahan ini disebabkan keinginan mencari jati diri yang dianggap paling sesuai. Dasar mencari jati diri dan kenyamanan menjadi alasan individu berpindah-pindah kelompok. Ketika kenyamanan sudah tidak dapat diperoleh maka individu secara naluri akan mencari kenyamanan di kelompok lainnya.

Hubungan teman sebaya harus dijaga dengan baik oleh masing-masing individu. Hubungan yang baik antarindividu akan menciptakan suasana yang nyaman. Dalam Gulissani Sutta, Majjhima Nikaya (Nanamoli dan Bodhi, 2001: 572-574) seorang bhikkhu harus bersikap sopan dan hormat terhadap teman-temannya. Sikap hormat dan sopan akan menciptakan rasa saling menghargai antarindividu. Selain sikap sopan dan hormat, tidak congkak dan sombong juga harus dihindari dalam persahabatan. Sikap congkak dan sombong akan menciptakan permusuhan dan perselisihan dalam persahabatan. Dalam persahabatan seseorang juga harus mengembangkan sikap mudah dikoreksi atau mudah menerima saran dari para sahabat. Sopan, hormat, tidak sombong, dan mudah menerima saran akan membuat individu disukai oleh banyak teman.

Sikap saling menghargai dan menghormati dalam persahabatan sangat diperlukan untuk menjaga hubungan yang harmonis. Dalam Pilar Raja Asoka (Dhammika, 25) dijelaskan tentang sikap saling menghargai antarpemeluk agama. Sikap saling menghargai tercermin dengan tidak menyombongkan agama sendiri dan merendahkan kepercayaan yang dianut orang lain. Saling menghargai dalam perbedaan akan membentuk hubungan yang harmonis di lingkungan masyarakat. Hubungan masyarakat yang harmonis akan membawa kedamaian dalam hidup.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa interaksi antarteman sebaya dalam kehidupan mahasiswa terbentuk karena beberapa faktor. Faktor-faktor pembentuk teman sebaya dalam lingkungan mahasiswa yaitu kesamaan tempat tinggal, hobi, asal usul (kebudayaan), rasa nyaman, dan tujuan. Kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi juga sangat mempengaruhi dalam menemukan teman sebaya. Kemampuan bersosialisasi berkenaan dengan bagaimana mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan berbagai sifat dan karakter orang lain. Mahasiswa yang dapat menyesuaian diri dengan baik akan cenderung memiliki banyak teman. Keanggotaan kelompok teman sebaya dalam lingkungan mahasiswa tidak bersifat tetap dan dapat berubah dengan cepat. Perubahan mahasiswa dalam kelompok teman sebaya dapat disebabkan karena munculnya konflik. Dalam menjaga hubungan teman sebaya perlu ditanamkan rasa rendah hati, mudah menerima saran, saling menghargai, dan tidak sombong. Interaksi yang baik antarmahasiswa akan menjadi salah satu penunjang kesuksesan akademik.

Comments

Popular posts from this blog

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Project Based Learning Menurut Para Ahli

Komponen Kurikulum Menurut Para Ahli

Pengertian Pendekatan Belajar MODERAT (Modification Of Reciprocal Teaching) Menurut Para Ahli