Pengertian Kemampuan Afektif Siswa dalam Belajar Menurut Para Ahli
Pengertian Kemampuan Afektif Siswa dalam Belajar Menurut Para Ahli. Menurut Allport dalam Djali (2009: 114) ranah afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah suatu kesiapan
mental dan syaraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh
langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang
berhubungan dengan objek itu. Sikap tidak muncul ketika dibawa lahir, tetapi
disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung
kepada respons seseorang. Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior),
melainkan masih bersifat tertutup (covert behavior).
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan
apresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain
kognitif. Artinya seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu
objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi (Sanjaya, 2011:
130). Domain afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah dan terjadi bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang
diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam
membentuk nilai dan menentukan tingkah laku (Arifin, 2010: 22).
Menurut Bruno dalam Syah (2009: 118) menyatakan bahwa sikap
(attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara
baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Pada prinsipnya sikap
dapat dianggap suatu kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah lebih
maju terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya. Tingkah laku
afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keaneka-ragaman perasaan, seperti
takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya.
Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar dan
dapat dianggap sebagai perwujudan prilaku belajar.
Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan
keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah
berubah, dan tidak ada materi khusus yang baru dipelajari. Segi afektif lebih
menekankan pada penghayatan dan apresiasi. Setiap orang memiliki sejumlah
nilai, baik yang jelas maupun terselubung, disadari atau tidak. Nilai yang
demikian ini kerap kali tersembunyi dan ada pula yang dapat dinyatakan secara
eksplisit (Iskandarwassid, 2009: 204).
Afektif merupakan pembinaan sikap mental (mental attitude)
yang mantap dan matang. Indikator dari seseorang yang mempunyai kecerdasan
ruhaniah adalah sikapnya yang selalu ingin menampilkan sikap ingin dipercaya
(kredibel), menghormati, dan dihormati. Sikap hormat dan dipercaya hanya dapat
tumbuh apabila kita meyakini sesuatu yang kita anggap benar sebagai
prinsip-prinsip yang tidak dapat diganggu gugat. Bersikap adalah wujud
keberanian untuk memilih secara sadar yang kemudian ditindaklanjuti dengan
mempertahankan pilihan lewat argumen yang bertanggung jawab, kukuh, dan
bernalar. Konsep pembelajaran yang terlalu menekankan pada aspek penalaran atau
hafalan akan sangat berpengaruh terhadap sikap yang dimunculkan siswa.
Menghafal tentu ada gunanya, tetapi kalau kemudian menjadi dominan dan seluruh
mata pelajaran harus dihafal maka akan melahirkan siswa-siswa kurang kreatif
dan berani dalam mengungkapkan pendapatnya sendiri (Majid, 2009: 76).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap, nilai, dan apresiasi.
Sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila siswa menjadi
sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi
bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Sikap
merupakan kecenderungan yang relatif menetap yang bereaksi dengan cara baik
atau buruk terhadap suatu objek yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ranah afektif terdapat lima jenjang,
yaitu menerima atau memperhatikan (receiving or attending), menanggapi
(responding), menilai atau menghargai (valuing), mengatur atau
mengorganisasikan (organization), dan karakterisasi dengan suatu nilai
(characterization by a value).
Comments
Post a Comment
Dengan hormat,
Mohon berkomentar sesuai dengan topik artikel
Komentar berbau iseng semata tidak akan di publikasikan
Terima kasih