Pembelajaran Tematik Sebagai Wujud Pembentukan Nilai Karakter Bangsa
Pembelajaran Tematik Sebagai Wujud Pembentukan Nilai Karakter Bangsa. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan
keanekaragaman adat, budaya mupun Bahasa. Keanekaragaman suatu bangsa yang
membentuk budaya yang bermacam-macam pula. Kesatuan dan persatuan hendaknya
selalu dipupuk agar bangsa ini dapat maju bersama menuju langkah bersama
membangun negara yang makmur dan sentosa.
Pendidikan sebagai suatu pondasi guna memajukan bangsa ini
agar berkembang mengikuti pergerakan menuju persangian dunia modern masa kini.
Dalam membangun Indonesia yang cerdas melalui pendidikan pemerintah telah
melakukan berbagai kebijakan-kebijakan. Kebijakan tersebut mulai dari perbaikan
infrastruktur yang mendukung pendidikan seperti pembangunan gedung-gedung
sekolah, penjaminan mutu tenaga pendidik dan kependidikan, serta perubahan
kurikulum. Hal tesebut tentunya sebagai wujud penunjang tercapainya tujuan
pedidikan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD dasar 1945 yaitu
“mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”.
Perkembangan pendidikan di Indonesia yang telah dirancang
sedemikian rupa selain dapat membuat bangsa ini cerdas tentunya dapat membentuk
karakter suatu bangsa yang baik pula. Sejarah pendidikan di Indonesia selalu
memasukkan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam setiap agama. Hal ini
tentunya dapat dilihat dari daftar mata pelajaran pendidikan agama dan budi
pekerti. Ketika pengetahuan dibarengi dengan nilai-nilai spiritual suatu agama
tentunya dapat membentuk masyarakat yang berpengetahuan serta berakhlak mulia.
Konsep pendidikan karakter (character education), Ahmad
Amin dalam Suyadi mengemukakan bahwa “kehendak (niat) merupakan awal terjadinya akhlak (karakter)
pada diri seorang jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk pembiasaan
perilaku.” Hal tersebut tentunya melalui pembiasaan yang berawal dari
pendidikan keluarga serta pendidikan formal disekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta. Peserta didik selain diajarkan pengetahaun
(kognitif), dalam pendidikan formal diajarkan pula sikap (afektif), serta
ketrampilan (skill) sebagai penunjang dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun demikian kenyataan yang terjadi dalam Indonesia secara
factual, data realistic menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat
ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah
mengundang berbagai musibah dan bencana di negeri ini. Musibah dan bencana
tersebut meluas pada ranah sosial-keagamaan, hukum, maupun politik tidak hanya
dalam dunia pendidikan.
Hal yang terjadi di dalam dunia pendidikan Indonesia seperti
yang lansir dalam salah sutu pemberitaan online surat kabar http://nasional.republika.co.id “Sebuah video yang menayangkan sejumlah murid laki-laki memukuli dan
menendang teman perempuannya beredar di jejaring sosial. Dalam video tersebut,
seorang siswi di pojok ruangan dihujani pukulan dan tendangan oleh sekitar dua
siswa dan satu siswi. Kepala Bidang TK SD Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga di
Bukit Tinggi, Sumatra Barat, Erdi mengaku terkecoh dengan kejadian tersebut.
Karena menurutnya, ia baru mengetahui hal itu pada Senin (6/10) lalu. lalu.
Keesokan harinya, Selasa (7/10), pihaknya mendatangi sekolah SD di Bukit Tinggi
tersebut untuk mendalami kasusnya. Erdi mengatakan langsung mengumpulkan siswa
kelas V SD dan pihak sekolah.
Fakta di atas menunjukan bawha potret pendidikan di
indonesia dapat dikatakan masih buruk dan masih perlu adanya perbaikan, maupun
penyempurnaan system pendidikan itu sendiri. Suatu perubahan hendaklah
diperhatikan dan lebih menyorot untuk memupuk karakter yang baik. Bila karakter
bangsa ini dapat terbentuk mulai dari generasi penerus muda, maka diharapkan
kedepannya dapat merubah bangsa ini ke arah yang lebih baik. Adapun model pembelajaran yang dapat kita kembangkan dalm
tematik ada 3 yakni:
1. Model hubungan/terkait (connected model)
Pada model pembelajaran ini ciri utamanya adalah adanya
upaya untuk menghubungkan beberapa materi (bahan kajian) ke dalam satu disiplin
ilmu. Sebuah model penyajian yang menghubungkan, materi satu dengan materi yang
lain. Menghubungkan tugas/keterampilan yang satu dengan tugas/ketrampilan yang
lain. Keunggulan model ini, peserta didik memperoleh gambaran yang menyeluruh
tentang sebuah konsep, sehingga transfer pengetahuan lebih mudah dilakukan
karena konsep pokok dikembangkan secara terus menerus.
2. Model jaring laba-laba (webbed model)
Model pembelajaran ini diawali dengan pemilihan tema.
Setelah tema ditentukan dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan
memperhatikan keterkaitannya antar mata pelajaran. Aktivitas belajar siswa
direncanakan berdasarkan sub-sub tema yang sudah ditentukan. Keuntukan model
pembelajaran ini bagi peserta didik adalah diperolehnya pandangan secara utuh
tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda.
3. Model terpadu (integrated model)
Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan antar mata
pelajaran yang dipadukan. Beberapa mata pelajaran dicari konsep, sikap, dan
ketrampilan yang tumpang tindih dipadukan menjadi satu. Kegiatan guru pertama
menyeleksi konsep, nilai-nilai dan ketrampilan yang memiliki keterkaitan erat
satu sama lain dari berbagai mata pelajaran. Keuntungan medel pembelajaran ini
bagi peserta didik adalah lebih mudah mengaitkan materi pembelajaran dari
berbagai mata pelajaran. Model inilah yang dikembangkan sebagai pembelajaran
tematik terpadu di kurikulum 2013.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan
siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung
siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini digagas tokoh
psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah
bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran
tematik meliputi berbagai mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dengan
tema sebagai pemersatunya. Untuk menyatukan berbagai kompetensi dasar dari
berbagai mata pelajaran, perlu penelaahan atau kajian yang mendalam dengan
mengacu pada standar kompetensi lulusan. Pembelajaran tematik disajikan secara
fleksibel, tidak dipaksakan, melainkan mengalir begitu saja keterpaduannya,
saling melengkapi, saling mengkait, dan tidak terpisahkan. Pelaksanaan
pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Trianto (2010:
88-89) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik dalam kenyataannya memiliki
beberapa kelebihan seperti pembelajaran terpadu, sebagai berikut:
- Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
- Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
- Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
- Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
- Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak.
- Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain adalah : kerjasama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.
Dengan melihat kelebihan pembelajaran tematik di atas.
Pembelajaran tematik melalui pendekatan saintifik sebagai wujud dalam
pembentukan nilai karakter suatu bangsa diharapkan efektif dilaksanakan secara
sempurna dan menyeluruh. Suatu pembelajaran dapat diakatakan efektif apabila
memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu:
- Prestasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;
- Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa;
- Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan
- Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mengandung butir b tanpa mengabaikan butir d (Soesmosasmito dalam Trianto, 2009: 20).
Adapun langkah-langkah pembelajaran tematik, yaitu:
1. Invitasi/apersepsi
Pada tahap ini guru melakukan brainstrorming dan
menghasilkan kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat umum
atau khusus, tetapi harus mampu menimbulkan minat siswa dan memberikan wilayah
yang cukup untuk penyelidikan. Menurut Aisyah (2007), apersepsi dalam kehidupan
dapat dilakukan, yaitu dengan mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa
dengan materi yang akan dibahas. Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan
pengetahuan karena diawali dari hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya
dan ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari
(kontekstual).
2. Eksplorasi
Pada tahap ini siswa dibawah bimbingan guru mengidentifikasi
topic penyelidikan. Pengumpulan data dan informasi selengkap-lengkapnya tentang
materi dapat dilakukan dengan bertanya (wawancara), mengamati, membaca,
mengidentifikasi, serta menganalisis (menalar) dari sumber-sumber langsung
(tokoh, obyek yang diamati) atau sumber tidak langsung misalnya buku, Koran,
atau sumber-sumber informasi publik yang lain.
3. Mengusulkan penjelasan/solusi
Pada tahap ini seluruh informasi, temuan, sintesa yang telah
dikembangkan dalam proses penyelidikan dibahas dengan teman secara berpasangan
ataupun dalam kelompok kecil. Saling mengkomunikasikan hasil temuan, menguji
hipotesis kemudian melaporkan atau menyajikannya di depan kelas untuk
menggambarkan temuan setelah pembahasan. Menurut Aisyah (2007) tahap ini adalah
tahap proses pembentukan konsep yang dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan ketrampilan proses, life skill,
demonstrasi, eksperimen, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain.
4. Mengambil tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan siswa menindaklanjuti
dengan menyusun simpulan serta penerapan dari emuan-temuannya. Untuk mengungkap
pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap materi dapat dilakukan melalui
evaluasi.
Implementasi metode pembelajaran tematik terpadu sebagai
wujud upaya membangun karakter bangsa secara lebih lanjut di atas melalui
tahapan dalam proses pembelajaran telah dijelasakan lebih lanjut. Melalui
tahapan-tahapan di atas tentunya telah mengarah untuk pembentukan karakter yang
telah dirumuskan dalam Kementrian Pendidikan Nasional. Adapun karakter yang
telah dicanangkan kemendiknas dalam upaya membangun karakter bangsa
melalui pendidikan, meliputi: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau
nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Suyadi, 2013:
8-9).
Melalui metode pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013
mewujudkan karakter anak bangsa sesuai dengan rancangan Kemendiknas.
Dengan generasi muda yang berkarakter akan mewujudkan Indonesia emas yang
makmur, sentosa, dan sejahtera secara menyeluruh. Selain melalui pendidikan
tentunya dengan dukungan masyarakat secara bersama-sama.
Referensi:
Handayani,
Sri. 2013. Bahan Ajar Pengelolaan Pembelajaran Tematik Terpadu.
http://nasional.republika.co.id
Sutirjo dan
Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum
2004. Malang: Bayumedia Publishing.
Suyadi. 2013. Strategi
Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Trianto.
2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya.
Comments
Post a Comment
Dengan hormat,
Mohon berkomentar sesuai dengan topik artikel
Komentar berbau iseng semata tidak akan di publikasikan
Terima kasih