Latar Belakang Masalah Tentang Kepemimpinan
Latar Belakang Masalah Tentang Kepemimpinan. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam.
Tanah yang subur untuk ditanami berbagai macam tumbuh-tumbuhan, keanekaragaman
lautpun demikian ragamnya. Tentunya sangat mendukung bagi kesejahteraan.
Seorang pemimpin merupakan sosok yang dapat dijadikan teladan bagi rakyatnya.Pemimpin sangat berperan dalam meningkatkan kemajuan suatu negara. Ketika seorang pemimpin yang baik mampu memberikan teladan yang baik, begitu pula seorang pemimpin yang bertindak buruk sangatlah berpengaruh terhadap warganya. Tergantung dari seorang pemimpin negara untuk membawa menuju suatu tujuan yang telah direncanakan. Menjadikan negara ini yang adil, makmur, dan sejahtera.
Pemerintahan demokrasi yang terlah berlangsung sekian tahun pun diharapkan mampu menambah daya gedor bagi perkembangan negara ini. Dengan keanekaragaman sumber daya alam dan pemerintahan yang mampu mengoordinasi segala sistem pemerintahan bukan tidak mungkin lagi untuk membawa negara Indonesia terkemuka di belahan dunia.
Seorang pemimpin merupakan sosok yang dapat dijadikan teladan bagi rakyatnya.Pemimpin sangat berperan dalam meningkatkan kemajuan suatu negara. Ketika seorang pemimpin yang baik mampu memberikan teladan yang baik, begitu pula seorang pemimpin yang bertindak buruk sangatlah berpengaruh terhadap warganya. Tergantung dari seorang pemimpin negara untuk membawa menuju suatu tujuan yang telah direncanakan. Menjadikan negara ini yang adil, makmur, dan sejahtera.
Pemerintahan demokrasi yang terlah berlangsung sekian tahun pun diharapkan mampu menambah daya gedor bagi perkembangan negara ini. Dengan keanekaragaman sumber daya alam dan pemerintahan yang mampu mengoordinasi segala sistem pemerintahan bukan tidak mungkin lagi untuk membawa negara Indonesia terkemuka di belahan dunia.
Akan tetapi pada kenyataannya krisis kepemimpinan di Indonesia terjadi telah terjadi sekian lama. Krisis kepemimpinan ini bukan menjadikan negara ini menjadi negara yang sejahtera, namun membawa bangsa ini terburuk. Kasus-kasus pemimpin yang mewarnai pemberitaan di media cetak maupun elektronik, seperti; tindakan kriminalitas, pemerkosaan, praktik KKN di kalangan petinggi negara merupakan indikator bahwa negara ini membutuhkan seorang pemimpin yang mampu memberikan rasa nyaman, dan mampu membawa perubahan ke arah yang baik.
Kepemimpinan tidak hanya mengandalkan bakat, dan keturunan.
Seorang pemimpin hendaknya berpengetahuan, kreatif, terampil, dan dapat
menganalisa masalah dengan baik. Disamping itu seorang pemimpin merupakan problem
solving.
Seperti kasus kekerasan yang dilakukan oleh seorang Wakil
Wali Kota Magelang Joko Prasetyo dituntut hukuman dua bulan penjara, dinilai
jaksa penuntut umum terbukti melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya, Siti
Rubandiah. Tindakan hal itu merupakan kekerasan dalam rumah tangga. (Kompas.
Jumat, 12 April 2013. Hal 23). Dari ulasan tersebut bahwa tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh wakil wali kota seharusnya tindak pantas untuk dilakukan
seorang pemimpin. Pemimpin yang seharusnya memberi teladan yang baik, agar
memberikan motivasi-motivasi kepada warganya untuk bertindak hal-hal yang tidak
bertentangan dengan norma sosial.
Selain memimpin warganya hendaknya seorang pemimpin mampu
memimpin dirinya sendiri dalam setiap melakukan tindakan yang dilakukan. Jiwa
seorang pemimpin berawal dari dalam dirinya sendiri. Dari dalam diri sendirilah
yang dikembangkan, bahwa setiap segala sesuatu yang dilakuan seperti halnya
yang dilakukan untuk kebaikan.
Kasus lain yang terjadi oleh Cela Muhammad Nazaruddin yang
terlibat dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring,
Palembang. Kendati bekas bendahara umum partai berlambang mercy itu sudah
dipecat dari partai, namun dampaknya tetap ada. Hal ini berdampak pada
menurunnya kredibilitas partai politik. Seorang pemimpin yang terjerat pada
korupsi merupakan hal nyata yang terjadi saat ini. Berdasar hasil survei Pride
Indonesia (Political Research Institute for Democracy) yang mengkhususkan pada
masyarakat DKI Jakarta, minus Pulau Seribu. Menurut mereka, kemerosotan
kredibilitas Demokrat diperparah dengan keterlibatan kader lainnya. Sebanyak
52% publik sudah tidak mempercayai kredibilitas Partai Demokrat pasca beberapa
kasus yang menimpa kadernya. Hanya 21 % saja yang masih percaya, dan 27 lainnya
tidak tahu, oleh Agus Herta daro Pride Indonesia, di Kampus Pascasarjana
Paramadina, SCBD, Jakarta, pada Jumat (28/10) (Sumber: Kompas).
Dari ulasan di atas menurunnya kredibilitas partai politik
berdampak pada kepemimpinan partai dalam memperoleh suara dari masyarakat.
Masyarakat menjadi kurang percaya terhadap seorang pemimpin dari partai
tersebut. Hal tersebut tentunya berdampak pada kepemimpinan bangsa yang semakin
menurun juga.
Comments
Post a Comment
Dengan hormat,
Mohon berkomentar sesuai dengan topik artikel
Komentar berbau iseng semata tidak akan di publikasikan
Terima kasih